Halaman

NEW POST!

Publikasi Baru di Jurnal My Food Research

Senang sekali bisa berkesempatan untuk berkontribusi sebagai co-author bersama Ibu Putri Widyanti Harlina, S.Pt., M.Si., M.Eng., Ph.D. dan ...

Senin, 08 Januari 2024

Publikasi Baru di Jurnal My Food Research

Senang sekali bisa berkesempatan untuk berkontribusi sebagai co-author bersama Ibu Putri Widyanti Harlina, S.Pt., M.Si., M.Eng., Ph.D. dan Bapak Rahel Shahzad untuk review jurnal berjudul "The Challenging Concept of Diversifying non-rice Products from Cassava by Changing Indonesian People's Behavior and Perception" yang telah tersedia secara online di Jurnal My Food Research vol. 7 issue 5. Silakan untuk dibaca, disitasi sebermanfaat mungkin.

doi: https://doi.org/10.26656/fr.2017.7(5).962


 

ABSTRACT

Cassava is a popular crop in Indonesia and is known as local food from east Indonesia. It has gained popularity across the country due to its widespread cultivation and abundant carbohydrate content. In contrast to its potential, the Indonesian populace continues to predominantly consume rice, which is associated with health risks like diabetes, high blood pressure, and heart attacks due to its high glycemic index. This review aimed to assess the feasibility of a diversified approach to address this issue by capitalizing on cassava's versatility. Through a comprehensive analysis, we explore how strategic collaboration between the government, farmers, food scientists, and society could foster a shift from rice-centric diets to a broader range of cassava-based products. Advanced technological methods are examined as enablers of efficient food diversification. By highlighting the significance of internal and external strategies, including the introduction of novel cassava products such as kasoami, kaopi, tiwul, and cassava flour, we propose a multifaceted approach to decrease rice dependency while promoting dietary diversity and improved health outcomes for the Indonesian population.


Jumat, 09 Juni 2023

Life Is But A Dream... : Kreatifitas, Filosofis hingga Pertaruhan

LIFE IS BUT A DREAM...
sumber: www.avengedsevenfold.com

  

        Avenged Sevenfold baru saja merilis album terbarunya berjudul "Life Is But A Dream.." pada 2 Juni 2023 secara global dan dalam berbagai platform. Life Is But A Dream... atau LIBAD ini bagaikan pelepas rindu bagi para pendengar setia band yang berasal dari Long Beach ini, pasalnya para fans ini harus menunggu selama 7 tahun lamanya untuk album baru. Album baru ini berisikan 10 lagu diantaranya Game Over, Mattel, Nobody, We Love You, Cosmic, Beautiful Morning, Easier, G, (O)rdinary, (D)eath dan 1 instrumen yakni Life Is But A Dream... itu sendiri. Hal tersebut menimbulkan berbagai macam reaksi dari para pendengar, terlebih di album ini A7X -sebutan dari para fans tampil beda dari segi suara, material musik dan bisa dibilang tampil dengan genre yang berbeda dari sebelumnya. Matt Shadows sang vokalis menuturkan bahwa ini adalah salah satu bentuk perkembangan ide dan kreatifitas band yang ingin tampil berbeda dari apa yang dikenal sebelumnya. Zacky Vengeance yang menjadi gitaris pun menambahkan bahwa mereka siap mempertaruhkan apapun dan siap kehilangan (fans) untuk munculnya album ini, mengingat ini akan sangat berbeda dari apa yang sudah di dengar selama ini tentang Avenged Sevenfold. Menariknya, album ini erat kaitannya dengan daya jual visual yang dapat dilihat dari video klip pertama yang rilis di YouTube bertajuk "Nobody" dan "We Love You".


Proses kreatif pembuatan LIBAD melibatkan seniman lukis..

Dikutip dari wawancara Matt Shadows dengan Rockfeed di kanal YouTube nya, beliau menuturkan awal mula album ini terjadi ketika Shadows melakukan video conference dengan rekannya dan bertemu dengan seorang bernama Wes Lang yang merupakan seniman lukis dari New Jersey, AS.

News | Avenged Sevenfold
Interview M. Shadows dengan Rockfeed


"Awal mulanya, kami mengadakan video meeting dan aku bertemu dengan Wes dan kami saling bercanda, dia memulai dengan menanyakan 'siapa orang dengan (rambut) mullet tersebut?' dan aku membalasnya 'siapa orang tua itu?" M. Shadows tertawa.

Berawal dari pertemuan itulah, Shadows semakin dekat dengan Wes Lang dan mulai saling mengirimkan karya nya. Avenged yang kala itu sudah memiliki demo lagu untuk album baru nya memberikan demo lagu kepada Wes dan begitupun Wes yang memberikan karya lukisnya bertajuk "Nobody". Hingga akhirnya mereka saling menginspirasi dan mendorong masing-masing untuk bersinergi untuk mengkawinkan sebuah karya.

"Setelah kami saling mengirim (karya) akhirnya kami saling mendorong satu sama lain untuk membuat yang lebih bagus." ungkap Shadows dalam video wawancara bersama Rockfeed.


Album ini Filosofis banget..

Pada interview yang sama, Shadows menuturkan bahwa album ini memiliki nilai filosofis bahwa kita semua akhirnya akan mati dan bagaimana cara kita menerima bahwa semua yang ada (di dunia) ini akan kita tinggalkan.

"..album ini bercerita tentang penerimaan kita terhadap kematian, waktu, bahwa kita semua akan mati dan itu pun akan dijelaskan dalam (lirik lagu) Game Over, kalau anda mendengarnya.." ungkap Shadows.

Selain itu, pada interview lainnya, Shadows mengatakan bahwa salah satu inspirasi seni nya adalah Absurdisme dan existensialimes dari Albert Camus yang mendorong dia untuk banyak memikirkan tentang banyak hal yang lebih bermakna.


Album yang berbeda..

"Seperti tidak pernah mendengarkan Avenged Sevenfold dan mendengarkannya kembali dari awal" ungkap salah satu netizen dalam kolom komentar YouTube Avenged Sevenfold.

Banyak sekali warna musik yang berubah pada album ini, akan tetapi ciri khas nya tetap melekat. Siapapun yang mendengarnya tanpa melihatnya akan tetap tahu bahwa ini adalah A7X, hanya saja akan mengerenyitkan dahi seraya bertanya "Kok jadi begini?".

 Waktu yang panjang menemani proses pembuatan album ini. Akan tetapi, sayatan gitar Synyster Gates, tabuhan complex drum ala Brooks Wackerman dan suara khas dari Matt Shadows tetap menjadi ciri khas yang melekat pada album ini. Meskipun demikian, menjadi tantangan tersendiri untuk meracik album ini karena banyak keputusan harus dilakukan untuk membuat sebuah lagu seperti yang diinginkan.

"..kadang kami harus berhati-hati dalam menggunakan (suara) drum asli dengan (suara) drum sample (hasil olahan komputer) untuk menjaga agar lagu itu menjadi sesuai dengan yang kami inginkan, apalagi jika kami ingin (suara) yang lebih detail dan spesifik." ungkap Shadows dalam wawancaranya di kanal YouTube Punk Rock MBA.

Sebagai informasi, banyak sekali track yang digunakan dalam setiap lagu di album LIBAD ini, diantaranya penggunaan instrumen berupa piano, mellotron, flute, synthesizer, seruling dan ini dikerjakan oleh Synyster Gates selama rekaman. Terlebih penggunaaan auto tune yang disengaja ini menjadi corak pada setiap lagu-lagunya.

 

Tak lepas dari kontroversi. Banyak pro dan kontra dengan album ini. Banyak dari pada kalangan Old Head Metal yang mengatakan album ini sama sekali tidak cadas dan sangat lembek. Tapi tidak sedikit yang sangat menikmati transformasi bermusik A7X pada album ini, termasuk Mike Portnoy yang merupakan ex-additional member A7X saat menggarap album Nightmare mengatakan bahwa album ini akan menjadi sangat bagus dan sangat menggambarkan definisi Progressif Metal. Menurutmu bagaimana? apakah kamu ada di golongan Old Head Metal atau satu suara sama Mike Portnoy nih?


Beberapa lagu rekomendasi dari penulis diantaranya (in order):

Cosmic, Game Over, Mattel, Nobody, We Love You, Easier.

yang bisa coba kamu dengarkan untuk preview album LIBAD ini. Jangan lupa share jika ini bermanfaat.